Mungkin memang tak banyak yang mengenal nama Andrea Stramaccioni, bahkan mungkin sebagian Interisti juga baru tahu namanya sebulan terakhir ini. Namun tidak bagi Interisti yang mengikuti perkembangan tim Inter Primavera dari awal musim, nama Stramaccioni adalah sosok yang familiar bagi Interisti yang sering mengikuti sepak terjang tim Inter Primavera, baik di kompetisi Primavera ataupun di ajang 'NextGen Series'.
Dalam dua hari terakhir, pria berusia 36 tahun itu menjadi trending topic di jagad sepakbola Italia karena ditunjuk sebagai pelatih Inter ke-17 di era Massimo Moratti.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa yang membuat manajemen Inter berani memberikan jabatan pelatih tim senior kepada Stramaccioni, pelatih yang namanya saja tak banyak dikenal oleh sebagian Interisti sendiri.
Stramaccioni memang bukan pesepakbola terkenal. Karirnya di lapangan hijau juga tak lama karena cedera lutut parah mengakhiri mimpinya sebagai pemain kenamaan lebih awal dari seharusnya.
Karena masih memiliki antusiasme yang besar di bidang sepakbola, pria kelahiran 9 Agustus 1976 itu pun mengalihkan kontribusinya dengan menangani tim. Stramaccioni pun mengambil kursus kepelatihan, di mana dia terbilang sukses memulai karirnya menangani sebuah tim.
Jebolan sekolah hukum itu memulai karirnya dari bawah. Menangani tim di level amatir Romulea menjadi pijakan pertama Stramaccioni dan bersama tim dari Roma itu dia meraih kesuksesan pertama dengan menjadi juara nasional di tahun 2003. Gelar juara regional menyusul setahun kemudian dan dia pun ditarik ke AS Roma untuk menangani tim junior. Karir Stramaccioni terus menanjak dengan dipercaya menjadi tangan kanan Bruno Conti, legenda Giallorossi yang tahu banyak hal dalam mengenali bakat bagus pesepakbola muda belia.
Stramaccioni terus menunjukkan potensi yang dimilikinya dengan mengantar AS Roma U-15 menjadi Campionato Giovanissimi Nazionale, memenangi Tricolore di 2007. Disinilah banyak klub yang kemudian melihat bakat luar biasa yang dimilikinya.
Perjalanan suksesnya berlanjut hingga tahun 2010, hubungannya dengan keluarga Sensi pun terjalin baik. Namun dengan datangnya investor baru dari Amerika Serikat ke Roma, tenaga, pengetahuan dan kontribusi Stramaccioni akhirnya diakhiri meskipun sudah memberi banyak hal untuk tim junior Roma.
"Saya meninggalkan hati saya dan keluarga kedua saya di Trigoria," ujarnya saat meninggalkan Roma.
"Saya tak malu mengakui saya menangis saat berpelukan ke semua orang saat perpisahan dan satu-satunya orang yang berusaha membujuk saya bertahan di Roma adalah Bruno Conti, yang dalam pengalaman menyenangkan menjalani semuanya bersama dan dia menjadi ayah saya di sepakbola."
"Bruno mendapatkan tempat khusus di hati saya dan saya tahu sangat berutang banyak kepadanya dalam hal perkembangan karir melatih saya dan sebagai sosok pribadi. Tak akan ada seorang pun yang bisa memindahkan Roma dari hati saya," tegasnya.
Dan Inter pun langsung bergerak cepat dengan memberikan tempat bagi Stramaccioni di bangku pelatih tim junior. Tak tanggung-tanggung, Stramaccioni mendapat tawaran menggiurkan dengan mendapat kebebasan untuk mengatur timnya dan mengembangkan sesuai misi dan visi Inter.
Dan Stramaccioni tak butuh waktu lama menunjukkan bakatnya. Tim Inter Priavera dibawanya menjadi juara di London dalam turnamen NextGen Series. Tak hanya itu saja, Stramaccioni juga sukses memenangi hati Moratti untuk menunjuknya sebagai pelatih Inter berikutnya.
Posisi tersebut pun sudah dijabatnya pada Senin, tak berselang lama setelah manajemen Nerazzurri mengumumkan pemberhentian terhadap Claudio Ranieri. Stramaccioni pun resmi menjadi pelatih ke-17 di era Moratti.
Tugas Stramaccioni juga tak bisa dibilang ringan. Dalam sembilan laga tersisa yang harus dijalani di kompetisi domestik Serie-A 2011/2012, Stramaccioni diharapkan bisa mengembalikan kehormatan dan harga diri Inter yang sudah hilang dalam beberapa bulan terakhir. Dia juga diminta untuk mempersiapkan tim untuk menghadapi pondasi yang kuat untuk musim depan.
Dari sudut pandang strategi, Stramaccioni tak harus khawatir karena bukan hal itu yang jadi masalah utama di Inter. Cara berpikir pemain yang dinilai berubah sejak era Jose Mourinho, di mana pemain sudah kehilangan kengototan, keinginan dan mentalitas juara. Di sinilah Stramaccioni diharapkan bisa menularkan determinasi yang dimilikinya ke Javier Zanetti dkk. (goal.com)
Buon Lavoro, Stramaccioni !!
FORZA INTER !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar