NAPOLI vs INTER (Coppa Italia) | Rabu, 20 Januari 2016, 02.45 WIB INTER vs CARPI (Serie-A) | Sabtu, 23 Januari 2016, 21.00 WIB AC MILAN vs INTER (Serie-A) | Senin, 1 Februari 2016, 02.45 WIB INTER vs CHIEVO (Serie-A) | Kamis, 4 Februari 2016, 02.45 WIB HELLAS VERONA vs INTER (Serie-A) | Minggu, 7 Februari 2016, 18.30 WIB FIORENTINA vs INTER (Serie-A) | Senin, 15 Februari 2016, 02.45 WIB INTER vs SAMPDORIA (Serie-A) | Minggu, 21 Februari 2016, 02.45 WIB JUVENTUS vs INTER (Serie-A) | Senin, 29 Februari 2016, 02.45

21 Februari 2012

Belajar Menjadi Tifosi Sejati Dari Seorang Interista Cilik


Jika sudah cinta, suka dan duka pasti akan dilewatkan secara bersama. Konsekuensi cinta, sudah semestinya begitu. Suka dan duka dalam sebuah hubungan mengindikasikan bahwa hidup terus berputar, tidak selamanya kita berada di atas terus, kadang kita harus menerima bahwa kita berada di bawah, lemah tak berdaya. Namun, semangatlah yang menuntut kita untuk tetap terus tegar, meskipun bagaimana pahit dan sakitnya ketika kita terpuruk.

Kekalahan yang dialami Inter belakangan ini, cukup menyesakan dada bagi Interisti. Bagaimana tidak, secara beruntun Inter harus menerima kekalahan baik pada laga kandang maupun tandang. Parahnya lagi, Inter berulang kali menderita kekalahan dari klub penghuni papan bawah seperti Lecce, Novara maupun Bologna, kemudian kalah telak juga. Jelas saja, timbul sebuah rasa sakit dalam dada, ada kerinduan yang tiba-tiba hadir, dan ada rasa kekecewaan tentunya.

Hasil buruk ini tentunya bukan saja mempengaruhi mental pemain dan manajemen Inter itu sendiri, melainkan pada fansnya juga. Contoh yang paling nyata adalah yang dialami oleh Filippo, seorang Interista cilik yang tinggal di Kota Milan, Italia yang harus diolok-olok teman-temannya di sekolah karena hasil buruk yang diraih Inter.

Inter tentu mendengar apa yang disampaikan oleh anak kecil itu, dialah sosok fans sejati, yang bukan hanya bersuara disaat Inter berjaya tapi tetap menaruh perhatian disaat Inter terpuruk. Dan tentunya, Inter tak akan tinggal diam bahwa ada anak sekecil itu yang mencintai Inter dengan semangat dan kesetiaan yang dalam. Tentunya pula, sebagai Interisti sejati, kita terus berharap dan percaya bahwa Inter pasti akan memberikan hasil yang terbaik lagi. Yakin dan percaya, itulah yang terus tertanam di setiap benak para Interisti.

Dan ini tentunya tidak akan membuat kita rendah diri, tidak membuat kita harus kehilangan cinta meskipun berulang kali Inter harus mengalami laga buruk. Seperti halnya yang disampaikan oleh Kapten Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas (yang juga seorang Interista) bahwa ketika Inter menguasai Eropa dan Italia, kita tidak merunduk, kita bangga. Begitu pula halnya ketika Inter terpuruk seperti saat-saat seperti ini, kita tetap ada, kita tidak merunduk dan tetap bangga sebagai Interisti.

Kita bisa belajar bagaimana menjadi tifosi sejati dari seorang Filippo, bahwa sebagai fans sejati kita bukan hanya ada dan bukan hanya bersuara disaat klub pujaan kita berjaya tapi tetap ada untuk mereka disaat mereka terpuruk. Sebagai fans sejati tentunya kita tak akan menghina ataupun mencaci klub kebanggaan kita (baik pemain, pelatih maupun manajemen klub). Dan sebagai tifosi sejati bukan lagi saling mencemooh dan saling menghina, karena pada hakikatnya kita sama-sama teman.

Ironis juga, mendengar dua sahabat yang harus bertengkar dan bermusuhan hanya karena beda klub pujaan. Padahal, di Eropa sana, mereka hanya bermusuhan selama pertandingan berlangsung, selama 2 x 45 menit. Bahkan, Inter dan AC Milan yang terkenal rivalitasnya, tidak nampak permusuhan diantara mereka. Setiap kali usai pertandingan, fans Inter dan AC Milan berbaur di kota yang sama, di pub yang sama dan bercanda melanjutkan aktivitas kesehariannya.

Oleh : Steven Polapa (stevenpolapa.blogdetik.com)

FORZA INTER !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar